MEMIMPIN
SUMUT SEBAGAI TUAN BESAR ATAU MEMIMPIN SUMUT SEBAGAI PELAYAN BESAR
BY: YOGA P.TARIGAN
Mahasiswa PPKN Universitas Negeri Medan
Di perintah atau memerintah, bekerja
dengan hati atau dengan nafsu, memiliki niat yang tulus atau akal bulus, tujuan
suci atau tujuan memperkaya diri?. Banyak lagi kata-kata yang membelenggu
masyarakat pada saat ini melihat wakilnya di pemerintahan yang di pusat maupun
di daerah. Seakan semua itu menjadi ironi di dalam batin sang masyarakat yang
seharusnya bisa mempercayai wakilnya memimpin atau mempunya suatu jabatan
dengan dalil memberikan hal yang seharusnya di dapati dari rakyat. Sumatera
Utara adalah salah satu contoh daerah yang akan di ambil dalam persoalan ini,
karena pesta demokrasi tidak akan lama
lagi akan terjadi di provinsi ini. Sumatera Utara yang terdengar suara-suara
minor atau suara basa basi pembicaraan warung kopi yang katanya bersodara
dengan Sulawesi Selatan ini akan mengalami pesta demokrasi, sementara Sulawesi
Selatan sudah terlebih dahulu berpesta walaupun ada segelintir masalah disana
sini namun dengan daerah seperti Sulawesi Selatan pesta demokrasinya sudah
cukup baik, nah bagaimana dengan sodaranya ini Sumatera Utara tentunya akan
banyak pihak baik dalam daerah maupun luar daerah akan menyorotinya.
Pemikiran yang ada di bagian atas yang
di beberkan penulis merupakan pemikiran yang bergentanyangan di pikiran
masyarakat Sumut pada saat ini karena mereka melihat banyak kesalahan
disana-sini dari pecalon-pecalon pemimpin tersebut mulai dari gosip korupsinya,gosip
asal hartanya,gosip putra daerah sampai yang tidak di inginkan muncul gosip
dari sara. Semua pihak sangatlah berharap tidak membesar atau bergeneral di
pikiran masyarakat sumut ini. gosip yang bergentanyangan yang membicarakan
tentang sara itu karena jika ada bukanlah pesta demokrasi yang bersih,damai dan
jujur yang ada melainkan bisa berujung konflik.
Ada lima calon yang kali ini bertarung
di pemilihan sebagai pemimpin provinsi yang beribu kota di Medan ini. banyak
para pengamat mulai dari kalangan masyarakat biasa sampai kalangan akademisi
yang mempridiksi akan terjadinya putaran kedua, karena begitu banyaknya
pilihan. Belum lagi di tambah soal keprimordialan masyarakatnya yang melihat
kelima calon ini.
Masyarakat saat ini sangat merindukan sosok
pemimpin yang seperti pemimpin yang berani terus turun kebawah melihat rakyat
yang mengangkatnya. Di perintah atau memerintah, bekerja dengan hati atau
dengan nafsu, memiliki niat yang tulus atau akal bulus, tujuan suci atau tujuan
memperkaya diri?. Di perintah atau memerintahkah tujuan ketika menduduki kursi
gubernur di daerah ini? sebuah pertanyaan yang tentunya masyarakat ingin
mengetahui secepatnya tanpa menunggu kinerjanya, maksudnya kejujuran dari hati
nurani calon-calon pemimpin itu untuk memimpin yang seharusnya terus dan terus
di suarakan bukan hanya semboyan kampanye atau semboyan sampul janji saja.
Bekerja dengan hati atau dengan nafsu?. Lagi dan lagi di bacaan ini di tekankan
agar kelak pemimpin daerah ini bekerja dengan hatinya bukan dengan nafsunya,
bukan ingin mensukseskan sanak sodara melainkan mensukseskan halayak ramai maka
sangatlah di harapkan agar bekerja dengan hatinya mengerti apa keinginan dari
rakyatnya tersebut bukan dengan nafsunya yang menghardik rakyatnya seakan
rakyat atau masyarakat ini tidak berarti. memiliki niat yang tulus atau akal
bulus?, pertanyaan seperti itu tak lain tak bukan muncul karena kekecawan dari
banyak masyarakat yang semakin lama meraasakan tak ada pengaruh besarnya di
kehidupan mereka dari kinerja pemerintahan-pemerintahan yang lalu yang telah
lama menjadi tuan besar bukan pelayan besar dan ketutupan matanya dengan
silauan kekuasaan bukan pengabdian sehingga masyarakat sangat mengiginkan
adanya kinerja yang tulus bukan akal bulus yang terus menerus menipu masyarakat,
mengambil uang rakyat, memperkaya diri sendiri bukan memperkaya diri yang
mengangkat engkau-engkau wahai pemimpin dan wakil pemimpin provinsi ini.
Sangatlah ironi sekali jika Sumut ini akhirnya terjerumus dengan catatan
sebagai provinsi dengan kapasitas korupsi terbanyak, sangatlah ironi. Masyarakat
Sumut ini berharap adanya tujuan suci yang benar-benar mengerti keadaan kami
sebagai masyarakat Sumut ini. nah, pertanyaan yang mengerucut tereakhir adalah
siapakah yang dipilih menjadi pemenang dari pesta demokrasi ini yang siap
menjawab dan bekerja dengan tulus hati sebagai pelayan besar bukan tuan besar.
Memimpin daerah yang terkenal dengan
kekhasan warganya yang keras bukanlah pekerjaan mudah melainkan pekerjaan rumah
yang sangat berat dengan keharusan memperbaiki,merubah,serta bahkan menghapus
nilai-nilai yang buruk dan merubah paradigma masyarakat yang cenderung paranoid
dengan pemerintahan ini sehingga gubernur yang memimpin provinsi haruslah
melayani rakyat yang memilihnya sebagai pemimpin di daerahnya, bukan malah
menjadi tuan besar yang haus akan pelayanan, jadi pada dasarnya menjadi
pemimpin bukanlah kerjaan mudah itu pada dasarnya karena harus mengerti apa
yang di mau oleh masyarakat luas itu. Terus turun kebawah sebagi pelayan,
bertanya dimanakah kendala kalian para masyarakat, mari kita berdiskusi
bertukar pikiran sehingga terjadi lah kesejahteraan yang general bagi kita
semua begitu seharusnya perkataan pemimpin daerah ini kelak sehingga rakyatnya
pun sangatlah senang, atau kalau terlalu sulit untuk bercengkrama mesra dengan
rakyat maka kunjungi saja pun rakyat ini sudah sangat senang karena merasa di
perhatikan oleh yang di pilihnya karena memang masyarakatlah yang berada di
puncak tertinggi yang kapan saja bisa meledak dan menjatuhkan pemimpin
tersebut. Janganlah sampai masyarakat Sumatera Utara(sumut) pada umumnya
menjadi dan menerapkan budaya kepolitikan yang acuh tak acuh yang sudah tak
memperdulikan akan siapa yang memimpin dan cenderung bertindak sesuka hati
tanpa mengidahkan segala norma-norma hanya untuk mendapati perhatian
pemimpinnya,atau kalangan akademisi yang terus berunjuk rasa yang berusaha
menyadarkan pemimpinnya layakkah seterusnya pemimpin disebut pemimpin jika
seperti itu.
Ketika berkampanye semua calon berusaha
dan mencoba bagaimana agar masyarakat bersimpati dan memikirkan agar memilih
dan memberikan hak suara mereka kepada calon gubernur dan wagubernur itu. Para
calon memberikan teori dan teori serta janji tapi janganlah sampai itu hanya
tinggal teori tanpa ada aplikasi nyata. Mungkin hal ini bisa jadi masukan
kepada masyarakat umum, ketika para calon itu berkampanye layaknya kita
bertanya “kemanakah kami akan menuntut bapak jika bapak tidak menepati
janji-janji dan pelaksanaan visi dan misi itu?”. Lalu bisa di tanyakan lagi
“diberikan atau tidak kepada kami kemudahan untuk bertemu dengan bapak agar
kami bisa menanyakan dan memberikan solusi untuk menuju perubahan yang jauh
lebih baik?”, mungkin para calon gubernur dan wakilnya itu akan berpikir untuk
menjawabnya dengan asal-asal karena ucapan meereka akan menentukan nasib mereka
di kemudian kelal jika terpilih sebagai pemimpin di provinsi tanah batak ini.
bacaan ini berkeinginan agar masyarkat umum mengerti bagaimana harus bertindak
dan bersuara serta berpikir kritis menjadi halayak ramai yang cerdas yang tidak
mudah menjadi bulan-bulanan janji palsu dari pemimpin Sumatera Utara kelak di
depannya, sehingga tersadar dan tersasdarlah pemimpin Sumatera Utara ini kelak
bahwan dia sebagai pelayan yang berstatus kepala pemerintahan daerah yang seharusnya memikirkan serta memberikan
bukti langsung kepada masyarakat Sumatera Utara. Kampanye silahkan berkampanye
wahai kalian kaum cerdas, bapak-bapak calon pemimpin yang baik jelita hatinya
tapi ingatlah bahwa kami(masyarakat Sumatera Utara) mengingat apa yang
senantiasa dikau ucapkan kepada kami.akan senantiasa memantau segala
pergerakanmu wahai pemimpin Sumut kelak. Dan juga ingatlah mudahkanlah urusan
kami untuk berbirokrasi di daerah kami ini sehingga kami benar-benar sudah
merasa bahwa kami ini tentram dan bahagia memilih pilihan yang sangat benar dan
tidak salah, sesungguhnya bahagia sekali pemimpin itu jika mendapat kepercayaan
yang baik dari masyarakatnya,asalkan tidak ada penghianatan di kemudian
harinya.
Bacaan ini semoga bisa memberikan pembukaan
pikiran bagi masyarakat dan bagi pemimpin tentunya sehingga akan terjadi feed
back yang memajukan daerah ini bersama sama yang bisa menjadikan contoh yang
baik bagi daerah lain, harapan harapan dan harapan ini apakah sudah terpikirkan
oleh para pencalon itu apa tidak? Semoga saja sudah terpikirkan oleh pencalon
itu sehingga mereka bersiap bekerja jika sebagai pemenang nanti, sehingga
mereka bisa jadi pelayan yang besar yang di garansikan penghargaan yang besar
dari masyarakat umum jika bisa mewujudkan aspirasi dan mimpi masyarakat sumut
ini.
0 komentar:
Posting Komentar