BERSEKOLAH BUKAN HANYA UNTUK JADI
PINTAR
Oleh:
Yoga Pratama Tarigan
(Mahasiswa
PPKn Unimed)
Sekolah adalah lambang
pendidikan yang menjadi
wadah untuk mencari ilmu dan juga berperan untuk membuat manusia menjadi
tahu dari ketidaktahuannya.
Salah satu ekspekstasi
manusia
bersekolah adalah
menjadi
sosok yang pintar dalam segi akademis. Akan tetapi apakah hanya menjadi sekedar
pintar manusia dapat menjadi sosok yang benar-benar layaknya manusia.
Pertanyaan itu adalah
pertanyaan yang mendasar untuk menerbitkan cakrawala berpikir kita bahwasanya
bersekolah itu bukan hanya sekedar untuk menjadi pintar. Di ajukan pertanyaan
“Supaya apakah kita harus bersekolah” maka jawabannya adalah “agar kita pintar”
lalu apakah hanya pintar dan pintar saja tujuan dari yang dinamakan bersekolah
ini. jika memang hanya sekedar menjadi pintar bercerminlah kepada sebuah kasus
dari pegawai pajak yakni gayus tambunan, beliau adalah orang yang pintar. Hal
itu terbukti beliau tamatan STAN tetapi
akhir dari kepintarannya berujung di hotel prodeo begitu juga dengan
wakil-wakil rakyat yang bernaung di payung legislatif, mereka itu pintar dengan
lambang tamatan-tamatan yang ada di belakang namanya tapi akhirnya kebanyakan
dari mereka terlibat dari yang namanya KKN yang merugikan negara ini jadi dari
itu semua kepintaran tidaklah cukup untuk membuat manusia bertindak layaknya
manusia dan juga kepintaran tidak menjamin manusia bisa memanusiakan manusia
lainnya. Tetapi bukanlah hal yang salah jika cara berpikir masyarakat pada
umumnya yang menganggap bersekolah itu untuk menjadi pintar namun pintar saja
tidak cukup dalam membenah diri.
Insan
Pancasilais
Negara Indonesia adalah
negara yang berideologi pancasila sehingga menjadi hal yang wajar masyarakat
juga harus berideologi pancasila. Pancasila mengilhami nilai-nilai yang tepat
dan baik untuk menjalani kehidupan antar manusia serta kepada tuhan, tetapi
kebanyakan insan yang ada di Indonesia melupakan hal itu. Untuk menanamkan hal
itu pastilah dilakukan di lembaga pendidikan seperti sekolah namun terkadang
siswa dan juga sekolah menggangap remeh dengan hal ini sehingga hal ini
tidaklah menjadi fokus yang utama melainkan fokus itu kembali lagi dengan
bagaimana untuk membuat insan yang pintar dengan melupakan perwujudan dan
pengamalan pencasila agar terselenggaranya insan yang pancasilais dengan didasari
sikap dan moral yang baik. Jika terwujudnya insan-insan yang berideologi
pancasila maka masyarakat Indonesia akan kembali mencapai kejayaannya dengan
sebutan sebagai negara yang ramah tamah, taat kepada tuhan yang maha esa serta
mengutamakan permusyawaratan dalam menjalani kehidupan, apalagi yang akan di
kritik terhadap insan pancasilais ini jika moral serta tingkah lakunya
berdasarkan ilmu dan agama sungguh insan yang benar-benar membanggakan.
Insan seperti itu
sangat di rindukan di negara ini layaknya seorang satria piningit dalam
donggeng jawa serta layaknya perkataan seorang pramoedya “seseorang terpelajar
haruslah berprilaku adil sejak dalam pikiran” dimana dari kata dan sosok itu
menggambarkan bahwa seseorang tidak cukup hanya dengan kepintaran tapi juga
harus bisa bertindak layaknya orang yang pintar. IQ,EQ dan SQ ketiga hal itu
haruslah berjalan dan ketiga hal itu terangkum dalam nilai-nilai pancasila sehingga
pendidikan haruslah berlandas dari yang namanya pancasila sehingga manusia
Indonesia dengan lantang dapat di banggakan di dunia dengan titel sebagai insan
yang pancasilais. Sungguh membanggakan jika itu terjadi.
Berbudaya
dan Berkarakter
Siapakah yang akan
terima jika dikatakan sebagai manusia yang tidak berbudaya pasti kebanyakan
dari manusia itu akan marah jika di katakan demikian tetapi hal yang unik warga
Indonesia malah terkadang bertindak dan melangkah melupakan budayanya yang
sebenarnya. Hal itu terlihat dengan maraknya pergaulan seks bebas yang notabene
hal itu adalah budaya barat, tidak berhenti sampai disitu kebanyakan masyarakat
Indonesia juga tidak berkarakter yang berdasarkan agama dan pancasila
sebagaimana telah saya katakan sebelumnya. Karakter-karakter yang cenderung
ikut-ikutan, karakter yang cenderung mencotoh yang tidak baik, karakter yang
pandai berwacana tetapi berbanding terbalik dengan kenyataan itulah kebanyakan
karakter dari manusia Indonesia.
Hal itu tidaklah
mengherankan sebab yang di tanamkan di mindsetnya berorientasi kepada
kepintaran dan kepintaran, sudah saatnya menjadi manusia yang sesuai dengan
budayanya dan bertingkah sesuai karakter yang berlandaskan ideologi tanah air
yang mengagumkan. Dunia pendidikanlah yang menjadi garda terdepan terutama
sekolah agar membuat dan medidik manusia-manusia baru yang berbudaya dan
berkarakter di Indonesia ini sebab ukuran negara maju adalah kemajuan di bidang
pendidikannya. Sudah saatnya Indonesia kembali lagi kepada sebutan sebagai
negara yang tentram dan damai serta ramah selain itu jika sudah terdidik
sebagai manusia yang berbudaya dan berakarakter maka dengan sendirinya nilai
nasionalis akan tumbuh sebuah hal yang sangat mengagumkan jika hal itu
benar-benar terjadi di negeri ini.
Penutup
Sudah saatnya merubah
segala paradigma,mindset,perspektif terhadap dunia pendidikan terutama niat
mengapa kita harus bersekolah, layaknya pepatah rajin belajar pangkal pintar
dengan kata lain belajar dan belajarlah yang buat kita pintar bukan rajinlah bersekolah
pangkal pintar, sekali lagi di sini di tekankan bukanlah hal yang salah
bersekolah untuk menjadi pintar tetapi
pola pikir yang demikian adalah pola pikir yang sangat sempit sebab di sekolah
itu bukan hanya mengajarkan tentang bagaimana menjadi pintar saja melainkan
banyak hal yang bisa di dapat dari bersekolah.
Sekolah identik dengan
pendidikan lalu pendidikan identik dengan yang namanya guru semua itu seperti
tersistematis untuk mewujudkan manusia-manusia yang terdidik, pendidik itulah
seorang guru, layaknya manusia yang berilmu maka di katakan sebagai guru tetapi
kembali lagi kepada yang namanya sekedar pintar tanpa di barengi moral dan
akhlak serta ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa sehingga guru tersebut
melakukan berbagai tindakan yang tercela dan menciderai titelnya sebagai
pahlawan tanpa tanda jasa. Semua lini di bidang pendidikan baik pembuat
kebijakan sampai objek dan subjeknya haruslah merubah pola pikir bahwa
bersekolah atau menempuh pendidikan bukan hanya sekedar untuk menjadi orang yang
pintar semata melainkan menempah diri dari yang tidak tahu menjadi tahu dan
menjadi insan yang berkarakter, berbudaya dan insan pancasilais agar tercapai
visi dan misi dari negara ini. Semoga.
0 komentar:
Posting Komentar